Kasus perundungan berat menimpa Renaldi Supriatna, siswa kelas 7 di SMP PGRI 1 Cigombong, yang diduga dilakukan oleh sejumlah siswa dari sebuah SMA di Kecamatan Cigombong. Kasus ini dilaporkan oleh Supriatna, ayah korban, setelah mengetahui kondisi anaknya.
Kejadian ini berlangsung dari Senin, 6 Januari 2025, hingga Rabu, 8 Januari 2025, di sebuah gudang kosong yang berjarak sekitar 500 meter dari SMP tempat korban bersekolah. Renaldi diduga mengalami kekerasan fisik serta pemalakan uang oleh pelaku tanpa alasan jelas, yang menyebabkan trauma fisik dan mental.
Pada awalnya, Renaldi tidak menceritakan insiden tersebut kepada orang tuanya. Namun, setelah wajahnya terlihat memar dan tubuhnya mengalami demam tinggi, ia akhirnya mengaku kepada orang tuanya, yang kemudian membawanya ke rumah sakit. Dari pengakuan tersebut, diketahui bahwa korban dipukul dan dipalak setiap hari sepulang sekolah.
“Tadinya anak saya tidak cerita, tapi pada Selasa, 7 Januari, wajahnya memar dan tubuhnya demam. Saya sampai dua kali membawanya ke rumah sakit. Dari situ, dia baru bercerita,” ujar Supriatna.
Setelah diadakan rapat, diketahui bahwa tidak hanya Renaldi yang menjadi korban, tetapi juga sekitar 20 siswa lainnya. Dua orang tua terduga pelaku turut hadir dalam pertemuan tersebut.
“Kami meminta pihak kepolisian segera memproses kasus ini agar aksi premanisme di kalangan pelajar tidak terus berlanjut.
“Anak saya setiap hari diberi uang jajan Rp15 ribu, tapi hanya menggunakan Rp5 ribu karena sisanya, Rp10 ribu, dipalak oleh pelaku. Bahkan, meskipun tidak memberi uang, anak saya tetap dipukuli,” tegas Supriatna.
Kasus ini telah dilaporkan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Bogor. Pihak sekolah membenarkan adanya perundungan oleh siswa dari luar sekolah, tetapi menyerahkan penjelasan lebih lanjut kepada pihak berwenang.
( Ika/Fitri )
